Laporan wartawan KOMPAS Orin Basuki
Selasa, 18 Mei 2010 | 21:14 WIB
Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati saat beramah-tamah dengan wartawan di rumah dinas menteri di kawasan Widya Candra, Jakarta, Kamis (13/5). Acara ini digelar untuk menjalin silaturahim sekaligus perpisahan menjelang keberangkatan Sri Mulyani ke Washington DC untuk menjalankan tugas baru sebagai Direktur Pelaksana Bank Dunia.
JAKARTA, KOMPAS.com — Sri Mulyani Indrawati menegaskan bahwa keputusan undur diri dari posisi menteri keuangan dan memilih pergi ke Washington untuk menjadi Direktur Pelaksana Bank Dunia bukanlah suatu kekalahan. Kepergiannya justru merupakan kemenangan karena dia tidak didikte oleh kekuatan politik yang tidak menghendaki keberadaannya lagi dalam jajaran pejabat publik.
"Saya berhasil dan menang karena tidak didikte oleh siapa pun. Saya merasa berhasil karena saya tidak mengingkari nurani saya, dan saya masih menjaga martabat, serta menjaga harga diri saya. Maka saat ini saya menang," ungkap Sri Mulyani saat menutup kuliah umum tentang "Kebijakan Publik dan Etika Publik" di Jakarta, Selasa (18/5/2010).
Sri Mulyani menegaskan bahwa keberlanjutkan reformasi birokrasi di Indonesia sangat tergantung pada sikap kelompok menengahnya. Kelompok menengah inilah yang memberikan energi pada reformasi karena menjadi pembayar pajak yang mengerti pada maksud dan tujuan pajak itu sendiri.
"Kelompok seperti Anda yang kelas menengah dan yang sangat sadar membayar pajak untuk menjaga republik ini tetap berdiri. Sebetulnya, di tangan orang seperti Anda-lah republik ini harus dijaga," ungkapnya.
Kuliah umum ini menjadi testimoni kali pertama bagi Sri Mulyani di depan umum tentang apa yang sebenarnya terjadi atas dirinya di balik keputusan untuk mundur dari posisi menteri keuangan. Sri Mulyani menegaskan bahwa kepergiannya ke Washington dan mundur dari posisi menteri keuangan didasari alasan bahwa sumbangannya sebagai pejabat publik sudah tidak dikehendaki di tengah situasi politik yang sudah kurang beretika.
"Kalau hari ini ada yang menyesalkan atau menangisi kenapa Sri Mulyani memutuskan mundur dari menkeu, ini adalah suatu kalkulasi bahwa sumbangan saya atau apa pun yang saya putuskan sebagai pejabat publik tidak lagi dikehendaki di dalam sistem politik ketika perkawinan kepentingan itu sangat dominan. Banyak yang mengatakan ini adalah kartel. Saya lebih suka mengatakannya kawin, walaupun jenis kelaminnya sama," ungkapnya.
Sumber : http://bisniskeuangan.kompas.com/read/2010/05/18/21140067/Sri.Mulyani:.Saya.Menang.
Ulasan:
Indonesia, memang Negara yang unik..
Dulu, BJ. Habibie, yang tidak dihargai, dan akhirnya Negara jerman menampung beliau dengan senang hati.
Sekarang, sejarah terulang kembali.
Seorang Mentri Keuangan yang jenius, yang telah menyelamatkan perekonomian Negara, justru di rendahkan, dan imbasnya, PBB dengan sangat senang hati menerima kedatangan seorang Sri Mulyani.
Mungkin sosok yang di cari sebagai pemimpin adalah seperti Gayus Tambunan yang berstatus sebagai mafia pajak, Siswono seorang kapolri yang telah menyalah gunakan jabatannya, atau seorang sosok Abu Rizal Bakrie bapak pemimpin yang tanpa malu melepas tanggung jawabnya dalam kejadian lumpur lapindo..
Heeh.. Beginilah keadaan Indonesia, Negara ter-unik…
Tidak ada komentar:
Posting Komentar