Rabu, 05 Januari 2011

PENGGUNAAN KRITERIA INVESTASI DALAM PEMILIHAN ALTERNATIF INVESTASI

5.1 Keuntungan & Kelemahan Kriteria Npv Dalam Pengurutan Peluang-Peluang Investasi

Asumsi pokok yang mendasari penggunaan kriteria NPV adalah bahwa ada kemungkinan untuk menanamkan sejumlah modal dengan selisih investasi (antara dua buah proyek) yang dapat memberikan NPV positif. Dengan kata lain, proyek marjinal calon penampung dana yang terjadi karena tidak dilaksanakannnya salah satu proyek memberikan rate of return yang sama dengan discount rate social atau opportunity cost modal yang dipergunakan dalam menghitung NPV.

Namun jika jumlah investasi yang dimiliki terbatas, maka keterbatasan itu akan mengubah sasaran utama perencana/penilai proyek untuk mencari proyek yang penggunaannya paling menguntungkan daripada mencari proyek yang memberikan NPV paling tinggi.

Meskipun berpegang pada discount rate sosial dan adanya proyek marjinal yang mengembalikan tingkat rendemen, selalu ada kemungkinan adanya proyek baru dengan rate of return yang lebih tinggi. Pelaksanaannya tergantung pada penghematan sumber-sumber sehubungan dengan alokasi dana kepada proyek lain, yang rentabilitasnya belum diketahui secara pasti saat alokasi itu dibuat.

Jadi, disamping NPV yang peka terhadap skala proyek, kita biasanya terus mencari ukuran tentang efisiensinya, yaitu semacam indeks yang mengaitkan keuntungan proyek dengan biaya investasi. Keempat kriteria investasi lainnya (IRR, Net B/C, Gross B/C dan PV’/’K) dikembangkan dalam rangka pencarian tersebut.

Selain itu perlu diperhitungkan kemungkinan adanya kaitanantara skala masing masing alternative investasi dengan discount rate yang sebaiknya digunakan dalam menghitung NPV. Dalam membandingkan suatu alternatif yang merupakan mutually exclusive alternative, diasumsikan hanya satu discount rate yang digunakan untuk menghitung NPV. Di lain pihak, jelas bahwa pengalokasian sejumlah dana untuk salah satu alternatif (dengan biaya yang lebih tinggi) akan meniadakan serangkaian proyek pada batas pelaksanaan yang lebih banyak daripada proyek yang dikorbankan bila proyek tersebut memilih alternatif biaya yang lebih sedikit. Dengan kata lain, identitas proyek marjinal dapat berubah pula. Khususnya discount rate relevan dapat lebih tinggi dalam hal alternative yang lebih tinggi.

Jelasnya, bahwa penggunaan discount rate yang semakin tinggi menurut skala proyek akan lebih memajukan alternatif yang relatif murah. Prosedur ini merupakan pendekatan dalam rangka mencari indeks efisiensi penggunaan modal sambil tetap berpegang pada NPV sebagai kriteria investasi. Selain itu, diubahnya discount rate sesuai dengan besarnya biaya netto masing-masing alternative kurang praktis dalam usaha evaluasi proyek,apalagi jika adanya unsure ketidakpastian sehubaungan dengan perkiraan tingkat rendemen semua proyek,termasu proyek marjinal.

5.2. Perbandingan Net B/C dengan NPV sebagai kriteria investasi

Kriteria investasi Net B/C merupakan indeks efisiensi yang perhitungannya mempergunakan data yang sama seperti NPV. Jika a melambangkan present value jumlah sisa (B- C) yang positif, dan b adalah present value jumlah sisa yang negatif, maka NPV yang merupakan a – b dan Net B/C adalah a/b. Perhitungan present value sehubungan dengan kriteria tersebut menggunakan dicount rate yang sama, sedangkan indeks efisiensi dalam penggunaan modal, Net B/C tidak terpengaruh oleh skala proyek, misalnya proyek yang biaya serta benefitnya dua kali lebih besar daripada proyek lain, menghasilkan NPV dua kali lebih besar juga, sedangkan nilai Net B/C tidak berubah ( jika a – b = c, maka 2a - 2b = 2c, sedangkan a/b = d, maka 2a/2b = a/b yang artinya tetap sama dengan d )

Kemungkinan terjadinya pertentangan antara kedua kriteria dalam rangka mengurutkan alternatif dalam investasi dapat dijelaskan dengan perbandingan ketiga bentuk proyek Y yang disajikan dalam tabel 5.1 di bawah ini

Versi Proyek

Arus Nilai Negatif

( biaya )

Arus Biaya Positif (rendemen)

NPV =

(2) - (1)

Net B/C = (2)/(1)

X

(1)

(2)

(3)

(4)

a

100

110

10

1,10

b

200

211

11

1,06

c

60

69

9

1,15

Bila dilihat dari cara atau alternatif yang paling menguntungkan pada kondisi rendemen di atas discount rate sosial dalam penggunaan-penggunaan di luar proyek Y, maka alternatif yang harus dipilih supaya menguntungkan ialah ketiga bentuk tersebut didasarkan pada kriteria Net B/C yaitu bentuk c. Sedangkan bila dianggap discount rate sosial betul-betul mencerminkan tingkat rendemen yang dapat diperoleh dengan penggunaan alternatif penghematan sumber dari proyek Y, maka yang harus dipilih alternatif dengan nilai NPV tertinggi tanpa peduli skala biaya yaitu bentuk b

5.3. Perbandingan IRR dengan NPV dan Net B/C

Keuntungan utama dari digunakannya IRR ialah perhitungannya tidak tergantung pada tingkat discount rate sosial yang berlaku atau dengan kata lain discount rate sosial tidak masuk dalam rumus

Persamaan tersebut dipecah sehingga menghasilkan IRR= nilai i yang membuat NPV proyek sama dengan nol. Jadi bisa dikatakan bahwa IRR merupakan suatu dicount rate khusus yaitu discount rate yang membuat NPV sama dengan nol, dalam konteks tersebut tidak ada hubungannya dengan discount rate yang dihitung berdasarkan data di luar proyek sebagai social oppurtunity cost faktor produksi modal yang berlaku dalam masyarakat. Mengingat perhitungan IRR tidak tergantung pada discount rate sosial, maka kriteria IRR dapat dipergunakan sebagai indeks pengurutan dua atau lebih proyek. Di lain sisi, jika IRR digunakan untuk pengambilan keputusan go / no-go, maka nilainya perlu dibandingkan dengan tingkat discount rate sosialnya, dalam hal ini penghitungan IRR tidak menambah keterangan yang disediakan dari penghitungan NPV.

Namun demikian, bila mengacu kembali kepada pembahasan tentang kriteria NPV dan Net B/C, apabila kita menentukan efisiensi dalam penggunaan modal, maka kriteria IRR yang paling luas penerapannya. Misalnya, IRR merupakan kriteria utama yang dipergunakan oleh bank dunia dalam mengevaluasi permintaan pinjaman. Jelas bahwa adanya suatu indeks yang dapat dibandingkan dengan angka-angka seperti tingkat suku bunga, reabilitas investasi swasta serta oppurtunity cost faktor produksi modal sangat menarik dari sudut pandang lembaga kredit.

Seperti halnya Net B/C, nilai IRR tidak peka terhadap skala proyek.Misal proyek A dan B tiap benefit netto (positif atau negatif) proyek A nilainya lebih besar dua kali daripada benefit proyek B dalam tahun yang sama yaitu (B- C) = 2 (B- C) untuk tiap t. Di lain pihak, dapat terjadi bahwa IRR dan Net B/C memberikan urutan yang berbeda untuk dua proyek atau lebih. Hal tersebut terjadi bila terdapat cross-over discount rate, yaitu adanya proyek yang NPV atau Net B/C-nya betul-betul sama pada suatu dicount rate tertentu, misalnya pada nilai i. Pada discount rate di bawah i, salah satu proyek yang menghasilkan NPV atau Net B/C lebih tinggi dari proyek lainnya, begitu sebaliknya. Kejadian ini dapat dijelaskan dengan contoh sederhana, misal, ada dua proyek A dan B, arus biaya dan benefitnya sebagai berikut :

Proyek

Biaya

(Investasi)

Titik 0

Benefit akhir tahun ke-

1 2

A

Rp 1milyar

Rp 1,5milyar -

B

Rp 1milyar

0 Rp 1,7 milyar


Penjelasan Cross-over Discount rate, perbandingan NPV proyek A dan B

Dicount

Rate

(%)

NPV Proyek (jutaan rupiah)


A

B

Angka perbandingan

NPV/ NPV

0

500

700

1,40

5

429

542

1,26

10

364

405

1,11

13,33

324

324

1,00

15

304

285

0,94

20

250

181

0,72

25

200

88

0,44

30

154

6

0,04

35

111

negatif

Negative

40

71

negatif

Negative

45

34

negatif

Negative

50

0

negatif

Negative

Ternyata proyek A mempunyai IRR sebesar 50%, sedangkan proyek B hanya mempunyai IRR sebesar 30,38%. Pada tingkat discount rate 13,33%, NPV kedua proyek betul-betul sama (324 juta). Pada semua discount rate yang terletak di bawah tingkat itu, NPV proyek B lebih tinggi daripada NPV proyek A, dan sebaliknya.

  1. Benefit netto nominal - yaitu NPV pada discount rate sebesar nol - yang lebih besar, yang berarti bahwa titik potong pada sumbu vertikalnya lebih tinggi.
  2. Internal Rate of Return (IRR) - yaitu tingkat discount rate yang menjadikan NPV = 0 yang lebih rendah.

Tidak sulit dilihat adanya cross over discount rate dalam contoh sederhana ini karena benefit netto nominal yang lebih besar dalam proyek B baru terwujud satu tahun sesudah terwujudnya benefit proyek A. Maka semakin tinggi discount rate yang dipergunakan, semakin menurun secara proporsional present value suatu nilai yang terwujud dalam tahun t, dibandingakan dengan PV nilai dari tahun - tahun yang lebih awal. Jadi, tiap kenaikan discount rate mengurangi angka perbandingan NPV proyek yang benefit netto nominalnya lebih besar tetapi lebih lambat terwujudnya, terhadap NPV proyek laennya.

Benefit netto yang lebih besar dapat mengimbangi penundaan terjadinya benefit, sehingga proyek itu mempunyai IRR yang lebih tinggi. Misalnya, jika benefit proyek B dalam tahun ke 2 adalah sebesar 2,56 milyar (lebih besar daripada 1,7 milyar), maka IRR proyek B akan menjadi sebesar 60% (sebab 1,60² = 2,56, dan karenanya melebihi IRR proyek A yang besarnya 50%.

Secara umum dapat dikatakan, bahwa apabila dua proyek memenuhi syarat 1 dan 2 di atas (urutan nilai benefit nominal netto berlwanan dengan urutan IRR), maka arus benefit netto proyek dengan IRR yang tertinggi (dalam hal ini proyek A) dapat disesuaikan atas dasar social opportunity cost factor produksi modal - yaitu dengan menganggap bahwa sebagian dari benefitnya ditanamkan kembali, atau untuk tahun - tahun tertentu diasumsikan bahwa penyelenggara proyek meminjam dan menanmkan uang sejumlah benefit tersebut pada tingkat rendemen yang sama - demi mencerminkan pola arus benefit proyek lainnya.

Kesimpulannya dapat dikemukakan bahwa kedua criteria IRR dan Net B/C dapat memberikan urutan atau pilihan yang berbeda apabila terdapat cross over discount rate, dimana social opportunity cost yang dipergunakan sebagai discount rate social lebih rendah daripada cross over discount rate tersebut. Sebaliknya, bila tidak terdapat cross over discount rate ataupun discount rate social yang lebih tinggi dari angka tersebut, kriteria IRR dan Net B/C akan memberikan urutan / pilihan yang sama.

Kesimpulan.

Andaikata benar bahwa tidak mungkin mendapatkan rendemen diatas discount rate saicial melalui investasi sumber - sumber yang dihemat berdasarkan dipilihnya alternative yang relative murah diantara berbagai mutually exclusives alternatives, maka maksimalisasi net present value (NPV) merupakan pendekatan optimal dalam pemilihan proyek. Di laen pihak dalam prakteknya, kita selalu sadar akan adanya keterbatasan dana maupun kemungkinan mendapatan rendemen diatas discount rate yang sedan dipergunakan, apabila kita menghemat dana pada suatu proyek demi mengarahkannya pada proyek lain.

Oleh karena itu, sering kali dicari criteria investasi tambahan berupa indeks yang menghubungkan jumlah keuntungan yang diharapkan dari proyek dan skala investasi yang dibutuhkannya. Kriteria Net Benefit Cost Ratio (Net B/C) dan Internal Rate of Return (IRR) telah dikembangkan dalam rangka pencarian tersebut.

Kriteria Net B/C mempergunakan discount rate social yang sama seperti NPV, dan merupakan susunan kembali data yang masuk dalam perhitungan NPV. Di lain pihak, perhitungan IRR tidak dipengaruhi oleh tingkat discount rate social, walaupun keputusan “go / no go” untuksuatu proyek tidak mungkin dilakukan tanpa perkiraan tingkat discount rate social tersebut.

Apabila pola pembagian benefit dari berbagai alternative proyek berbeda dari waktu ke waktu maka dapat terjadi cross over discount rate, artinya, pada social opportunity cost factor produksi modal atau discount rate social di bawah tingkat tertentu, NPV atau Net B/C dan IRR memberikan pilihan yang berbeda antara berbagai alternative pelaksanaan suatu proyek atau dalam pengurutan berbagai jenis proyek. Keputusan yang menentukan tentang pilihan proyek tidak dapat dilakukan tanpa asumsi, eksplisit maupun implicit, mengenai tingkat social opportunity cost factor produksi modal yang berlaku sebagai discount rate social.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar